A. Pendahuluan
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena
adanya perubahan nilai tukar mata uang asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi
bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing (valuta asing) biasanya akan
menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata
uang lainnya. Mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu
negara. Apabila perekonomian suatu negara membaik, maka mata uang negara
tersebut akan menguat terhadap mata uang negara lain. Jika suatu negara
menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka perubahan kurs tidak
lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut
dengan apresiasi dan jika mata uang
melemah disebut depresiasi.
Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata uang menguat disebut revaluasi dan jika mata uang melemah
disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan
depresiasi mata uang rupiah (Rp) terhadap Dolar ($).
Keterangan
|
Rupiah melemah terhadap $
|
Rupiah menguat terhadap $
|
Kurs awal tahun
|
Rp. 9000
|
Rp. 9000
|
Kurs akhir tahun
|
Rp. 11000
|
Rp. 7000
|
Persentase pelemahan/penguatan $ terhadap Rp
|
(11000-9000)/(9000) x 100%
= 22.22%
|
(7000-9000)/(9000) x 100 %
= -22.22%
|
Persentase pelemahan/penguatan Rp terhadap $
|
(9000-11000)/(11000) x 100%
= -18.18%
|
(9000-7000)/(7000) x 100 %
= 28.57%
|
Penjelasan
:
Pada
kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada awal tahun
menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami apresiasi terhadap
rupiah sebesar 22,22%. Apabila dipandang dari sudut rupiah, berarti Rupiah
mengalami depresiasi terhadap dolar sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom
ketiga, disajikan bahwa pada awal tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi
Rp. 7000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami depresiasi terhadap rupiah
sebesar 22.22% dan dari sudut pandang rupiah, berarti rupiah mengalami
apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%
B.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan
Kurs
1. Perbedaan
Inflasi
Kurs mata uang
suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara tersebut lebih tinggi
daripada inflasi yang terjadi di negara lain. Hubungannya terlihat melalui
persamaan kondisi paritas Purchasing
Power Parity (PPP) seperti berikut ini:
et / e0 = (1+ih)t
/ (1+if)t
keterangan :
et = kurs pada priode t
e0 = kurs pada awal priode
ih = inflasi yang terjadi
pada negara domestic (home)
if = inflasi
yang terjadi pada negara asing
t = waktu
contoh :
kurs awal adalah
Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$ satu
tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Dari hasil ini
dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp. 11.429/$ dan berarti
rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).
2.
Perbedaan
Tingkat Bunga
Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a.
Tingkat
bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika
ada informasi tingkat bunga deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan
tingkat bunga nominal. Negara yang tingkat bunga nominalnya tinggi maka mata
uangnya cendrung mengalami depresiasi. Hal ini dijelaskan melalui persamaan
kondisi paritas international fisher
effect seperti berikut ini:
et / e0 = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et =
kurs pada priode t
e0 =
kurs pada awal priode
rh =
tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf =
tingkat bunga nominal pada negara asing
t =
waktu
contoh : kurs awal
adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$
satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Berarti menurut
prediksi international fisher effect rupiah
melemah menjadi Rp. 11.429/$
b.
Tingkat
bunga riil
yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara
langsung. Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang.
Negara yang mempunyai tingkat bunga riil biasanya mata uang negara tersebut
akan cendrung menguat karena uang akan mengalir ke negara dengan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara tidak
langsung dengan persamaan :
(1 + R) = (1 + a) (1 + i)
Keterangan : R = tingkat bunga nominal
a = tingkat bunga riil
i
= inflasi
persamaan tersebut disederhanakan menjadi :
R = a + i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil
ditambah inflasi. Jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung
juga meningkat, sehingga mata uang negara tersebut menjadi melemah.
3.
Independensi
bank sentral
Independensi adalah
kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya) pemerintah yang sedang berkuasa.
Misalnya untuk mengatasi masalah pengangguran. Secara pintas adalah dengan
menambah jumlah uang yang beredar sehingga akan menimbulkan inflasi. Jika
tingkat inflasi lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan
ekonomi riil negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank Sentral
yang independen akan bertahan terhadap tekanan dan bisa mengendalikan inflasi
sehingga mata uang negara tersebut cendrung menguat. Sebaliknya, negara yang
mempunyai bank sentral yang kurang independen akan mudah ditekan dan mendorong
terjadi inflasi sehingga menurunkan mata uang negara tersebut.
4.
Pertumbuhan
Ekonomi
Investor
akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga menyebabkan naiknya permintaan
terhadap mata uang negara tersebut. Dengan tingginya permintaan terhadap mata
uang itu maka nilai dari mata uang tersebut akan meningkat.
5.
Ekspektasi
Mata
uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai alat
investasi. Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas.
Jika pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang negara
tersebut akan menguat dan begitu sebaliknya.
Berikut ini adalah
ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kurs.
Faktor
|
Pengaruh terhadap kurs
|
Inflasi tinggi
|
Depresiasi
|
Tingkat bunga nominal tinggi
|
Depresiasi
|
Tingkat bunga riil tinggi
|
Apresiasi
|
Pertumbuhan ekonomi tinggi
|
Apresiasi
|
Independensi bank sentral tinggi
|
Apresiasi
|
Ekspektasi positif (negatif)
|
Apresiasi (Depresiasi)
|
C.
Eksposur Terhadap Perubahan Kurs
Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang
berhubungan dengan perubahan kurs yaitu :
1.
Eksposur
transaksi
2.
Eksposur
akuntansi
3.
Eksposur
operasi
1. Eksposur
Transaksi
yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu
yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan
kurs. Contoh seorang importir Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat
senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan 3 bulan mendatang. Pada saat ini
kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun kurs Rp/$
3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir harus menyediakan
rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat pada 3 bulan mendatang,
maka importir tersebut akan memperoleh keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami kerugian,
semakin besar pelemahannya, maka semakin besar kerugian yang diderita. Akan
tetapi apabila nilai rupiah menguat maka importir tersebut akan memeperoleh
keuntungan karena menyediakan rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh
keuntungan karena memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah menguat,
eksportir tersebut akan mengalami kerugian karena memperoleh rupiah dalam
jumlah yang lebih sedikit.
2.
Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang
tertentu kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang lain,
rentan terhadap perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs, maka proses
konversi tersebut bisa menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Misalnya suatu
perusahaan multinasional Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut
neraca anak perusahaan pada awal tahun :
Dalam Rp.
|
Awal tahun (¥)
Kurs = Rp. 80/¥
|
Akhir tahun (¥)
Kurs = Rp.100/¥
|
|
Kas
|
1.000.000
|
12.500
|
10.000
|
Piutang Dagang
|
2.000.000
|
25.000
|
20.000
|
Persediaan
|
2.000.000
|
25.000
|
20.000
|
Aktiva tetap
|
5.000.000
|
62.500
|
50.000
|
Total Aset
|
10.000.000
|
125.000
|
100.000
|
Hutang dagang
|
2.000.000
|
25.000
|
20.000
|
Hutang jangka
panjang
|
2.000.000
|
25.000
|
20.000
|
Modal saham
|
6.000.000
|
75.000
|
60.000
|
Total pasiva
|
10.000.000
|
125.000
|
100.000
|
Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan
Jepang, maka harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥.
Maka akan terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa
total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham juga turun menjadi ¥ 60.000.
penurunan modal saham menunjukan perusahaan mengalami kerugian sehingga modal
sahamnya berkurang nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara
awal tahun dan akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh
perubahan kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis.
3.
Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya,
Jepang menjual sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat terhadap
Rupiah, maka harga sepeda motor Honda di Indonesia menjadi lebih mahal
dibanding sebelumnya. Sehingga terjadi penurunan daya saing sepeda motor Honda
di Indonesia .
Harga Honda (dalam ¥)
|
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.0125/Rp
|
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.01/Rp
|
100.000
|
Rp. 8.000.000
|
Rp. 10.000.000
|
Misalkan
harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp adalah
¥0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp. 8.000.000 di Indonesia.
Apabila nilai yen menguat terhadap rupiah menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda
motor Honda akan naik menjadi Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di
Indonesia semakin mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan
menurunnya arus kas masuk Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan
Honda tetap melakukan pengeluaran input dan tenaga kerja. Maka operasi Honda
akan terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit dengan pengeluaran yang
tetap sama.
4.
Eksposur Ekonomi
Yaitu nilai
perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi
Berhubungan
dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus berkurang, mengakibatkan
turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran kas menyebabkan harga saham Honda
akan turun. Dengan demikian berarti harga saham Honda rentan terhadap perubahan
kurs.
D. Manajemen Perubahan Kurs
1. Manajemen Eksposur Transaksi
a) Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian
dari eksportir Amerika Serikat. Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3
bulan mendatang. Keadaan ini sangat rentan terhadap perubahan kurs, apabila
rupiah melemah maka ia akan menderita kerugian. Oleh karena itu dilakukan hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang,
sehingga disebut short $. Apabila
rupiah melemah, maka pemegang Short $
akan mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir bisa membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan jika
kurs rupiah melemah, maka pemegang posisi long
$ akan memeperoleh keuntungan dan ia akan rugi di posisi spot-nya.
Alternatif dari forward
adalah futures, berarti importir
itu akan membeli kontrak futures
dengan posisi long futures $. Alternatif
lain adalah dengan menggunakan opsi call, karena apabila harga pasar aset
meningkat maka pemegang opsi memperoleh keuntungan.
b) Money-market hedge
Hedging dengan money-market
instrument dapat dilakukan apabila instrument derivatif tidak ada. Contoh : seorang eksportir
Indonesia akan memperoleh $1 juta pada 3 bulan mendatang. Keadaan ini tentu
tidak terlepas dari resiko perubahan kurs, sehingga untuk menghilangkan resiko
tersebut dapat dilakukan hedging
sebagai berikut :
·
Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5 %
·
T=0 (sekarang) à
pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.
Dikonversikan
ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar Rp.
9,52 M
·
T=3 (3 bulan) à memperoleh $1 juta
Kas
tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar sebesar $
952.381 x (1,05) = $ 1 juta.
Ketika
ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia sudah terbebas dari resiko perubahan
kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs Rp/$ 3 bulan mendatang, tidak akan
berpengaruh terhadap posisinya karena ia sudah menerima Rp. 9,52 M.
c)
Risk shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari
produsen ke konsumen atau dari konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar
menawar perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan konsumen (misal satu-satunya
penjual atau semua penjual juga mengimpor produk dari luar negri), berarti resiko
telah digeser dari produsen ke konsumen. Sebaliknya apabila posisi konsumen
lebih kuat dibanding produsen maka resiko dapat dialihkan dari konsumen ke
produsen.
d) Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang
berlawanan sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang
meminjam Dolar sekaligus menjual produk ke luar negri (ekspor), maka orang
tersebut mempunyai dolar (long dolar)
dan di sisi lain membutuhkan dolar (short
dolar). Gabungan antara kedua keadaan tersebut akan menhasilkan eksposur
bersih nol (atau kecil)
2. Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi
terjadi jika perusahaan multinasional mengkonversikan laporan keuangan dari
satu mata uang ke mata uang lainnya. Proses konversi tersebut akan menimbulkan
kerugian ataupun keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa
dilakukan dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di
masa mendatang.
Apabila kurs
melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban ditambah. Sebaliknya
apabila kurs menguat maka aset ditambah dan kewajiban dikurangi. Namun cara
seperti ini tidak sepenuhnya dapat menghilangkan resiko karena kita harus
menebak kemana arah pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan
menderita kerugian.
Alternatif lain
adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian akibat perubahan
kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat mempunya anak perusahaan di Indonesia
dan memiliki situasi seperti berikut ini :
Dalam Rp.
|
Awal tahun ($)
Kurs = Rp. 5000/$
|
Akhir tahun ($)
Kurs =
Rp.10.000/$
|
|
Kas
|
1.000.000
|
200
|
100
|
Piutang Dagang
|
2.000.000
|
400
|
200
|
Persediaan
|
2.000.000
|
400
|
200
|
Aktiva tetap
|
5.000.000
|
1.000
|
500
|
Total Aset
|
10.000.000
|
2.000
|
1.000
|
Hutang dagang
|
2.000.000
|
400
|
200
|
Hutang jangka
panjang
|
2.000.000
|
400
|
200
|
Modal saham
|
6.000.000
|
1.200
|
600
|
Total pasiva
|
10.000.000
|
2.000
|
1.000
|
Jika kurs rupiah
melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian. Hedging yang bisa
dilakukan adalah dengan menjual rupiah forward.
Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner
yang bersedia menjual dolar forward 1
tahun dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual rupiah forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs
Rp. 5000/$. Tahun depan nilai modal saham dalam dolar adalah $1.200, karena
perusahaan bisa menjual rupiah dengan kurs Rp. 5000/$ meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp. 10.000/$.
3. Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur
operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan terganggunya operasi
perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat dilakukan dengan cara :
a)
Jangka Pendek
Yaitu
dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.
b)
Jangka Panjang
Yaitu
dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs.
Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti berikut
ini :
ü
Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas
konsumen terhadap kurs menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan
difrensiasi terhadap produknya agar menarik konsumen untuk membeli.
ü
Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk perusahaan ke
berbagai negara di dunia
ü
Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan
memindahkan fasilitas produksinya
ü
Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual
produknya ke Amerika Serikat dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam
dalam $, sehingga eksposur bersihnya adalah 0