Rabu, 19 Juni 2013

RESIKO PERUBAHAN NILAI TUKAR/KURS


A.   Pendahuluan
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya perubahan nilai tukar mata uang asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing (valuta asing) biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian suatu negara membaik, maka mata uang negara tersebut akan menguat terhadap mata uang negara lain. Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan apresiasi dan jika mata uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata uang menguat disebut revaluasi dan jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata uang rupiah (Rp) terhadap Dolar ($).
Keterangan
Rupiah melemah terhadap $
Rupiah menguat terhadap $
Kurs awal tahun
Rp. 9000
Rp. 9000
Kurs akhir tahun
Rp. 11000
Rp. 7000
Persentase pelemahan/penguatan $ terhadap Rp
(11000-9000)/(9000) x 100%
= 22.22%
(7000-9000)/(9000) x 100 %
= -22.22%
Persentase pelemahan/penguatan Rp terhadap $
(9000-11000)/(11000) x 100%
= -18.18%
(9000-7000)/(7000) x 100 %
= 28.57%

Penjelasan :

Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada awal tahun menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 22,22%. Apabila dipandang dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa pada awal tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar 22.22% dan dari sudut pandang rupiah, berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%

B.   Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs

1.   Perbedaan Inflasi

Kurs mata uang suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara tersebut lebih tinggi daripada inflasi yang terjadi di negara lain. Hubungannya terlihat melalui persamaan kondisi paritas Purchasing Power Parity (PPP) seperti berikut ini:

et / e0 = (1+ih)t / (1+if)t

keterangan :
et              = kurs pada priode t
e0             = kurs pada awal priode
ih                    = inflasi yang terjadi pada negara domestic (home)
if                    = inflasi yang terjadi pada negara asing
t                = waktu

contoh :
kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :

e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
     = Rp. 11.429/$

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp. 11.429/$ dan berarti rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).

2.   Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a.       Tingkat bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika ada informasi tingkat bunga deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan tingkat bunga nominal. Negara yang tingkat bunga nominalnya tinggi maka mata uangnya cendrung mengalami depresiasi. Hal ini dijelaskan melalui persamaan kondisi paritas international fisher effect seperti berikut ini:

et / e0  = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et                 = kurs pada priode t
e0                = kurs pada awal priode
rh                 = tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf                  = tingkat bunga nominal pada negara asing
t                  = waktu

contoh :  kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah

e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
     = Rp. 11.429/$
 Berarti menurut prediksi international fisher effect rupiah melemah menjadi Rp. 11.429/$

b.      Tingkat bunga riil
yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Negara yang mempunyai tingkat bunga riil biasanya mata uang negara tersebut akan cendrung menguat karena uang akan mengalir ke negara dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara tidak langsung dengan persamaan :

(1 + R) = (1 + a) (1 + i)

Keterangan :           R         = tingkat bunga nominal
                                a          = tingkat bunga riil
                                i           = inflasi

persamaan tersebut disederhanakan menjadi  :

R = a + i

Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung juga meningkat, sehingga mata uang negara tersebut menjadi melemah.



3.   Independensi bank sentral
Independensi adalah kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya) pemerintah yang sedang berkuasa. Misalnya untuk mengatasi masalah pengangguran. Secara pintas adalah dengan menambah jumlah uang yang beredar sehingga akan menimbulkan inflasi. Jika tingkat inflasi lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank Sentral yang independen akan bertahan terhadap tekanan dan bisa mengendalikan inflasi sehingga mata uang negara tersebut cendrung menguat. Sebaliknya, negara yang mempunyai bank sentral yang kurang independen akan mudah ditekan dan mendorong terjadi inflasi sehingga menurunkan mata uang negara tersebut.

4.   Pertumbuhan Ekonomi
Investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga menyebabkan naiknya permintaan terhadap mata uang negara tersebut. Dengan tingginya permintaan terhadap mata uang itu maka nilai dari mata uang tersebut akan meningkat.

5.   Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai alat investasi. Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas. Jika pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang negara tersebut akan menguat dan begitu sebaliknya.

Berikut ini adalah ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kurs.

Faktor
Pengaruh terhadap kurs
Inflasi tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga nominal tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga riil tinggi
Apresiasi
Pertumbuhan ekonomi tinggi
Apresiasi
Independensi bank sentral tinggi
Apresiasi
Ekspektasi positif (negatif)
Apresiasi (Depresiasi)


C.   Eksposur Terhadap Perubahan Kurs

Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan dengan perubahan kurs yaitu :
1.      Eksposur transaksi
2.      Eksposur akuntansi
3.      Eksposur operasi

1.      Eksposur Transaksi
yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. Contoh seorang importir Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan 3 bulan mendatang. Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun kurs Rp/$  3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir harus menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat pada 3 bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami kerugian, semakin besar pelemahannya, maka semakin besar kerugian yang diderita. Akan tetapi apabila nilai rupiah menguat maka importir tersebut akan memeperoleh keuntungan karena menyediakan rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh keuntungan karena memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah menguat, eksportir tersebut akan mengalami kerugian karena memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.

2.      Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang lain, rentan terhadap perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs, maka proses konversi tersebut bisa menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal tahun :

Dalam Rp.
Awal tahun (¥)
Kurs = Rp. 80/¥
Akhir tahun (¥)
Kurs = Rp.100/¥
Kas
1.000.000
12.500
10.000
Piutang Dagang
2.000.000
25.000
20.000
Persediaan
2.000.000
25.000
20.000
Aktiva tetap
5.000.000
62.500
50.000
Total Aset
10.000.000
125.000
100.000
Hutang dagang
2.000.000
25.000
20.000
Hutang jangka panjang
2.000.000
25.000
20.000
Modal saham
6.000.000
75.000
60.000
Total pasiva
10.000.000
125.000
100.000

Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang, maka harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang.  Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥. Maka akan terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham juga turun menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan perusahaan mengalami kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh perubahan kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis.


3.      Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya, Jepang menjual sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat terhadap Rupiah, maka harga sepeda motor Honda di Indonesia menjadi lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga terjadi penurunan daya saing sepeda motor Honda di Indonesia .


Harga Honda (dalam ¥)
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.0125/Rp

Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.01/Rp
100.000
Rp. 8.000.000
Rp. 10.000.000


Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp adalah ¥0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp. 8.000.000 di Indonesia. Apabila nilai yen menguat terhadap rupiah menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda motor Honda akan naik menjadi Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di Indonesia semakin mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan menurunnya arus kas masuk Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan Honda tetap melakukan pengeluaran input dan tenaga kerja. Maka operasi Honda akan terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit dengan pengeluaran yang tetap sama.

4.      Eksposur Ekonomi
Yaitu nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.

Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi

Berhubungan dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus berkurang, mengakibatkan turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran kas menyebabkan harga saham Honda akan turun. Dengan demikian berarti harga saham Honda rentan terhadap perubahan kurs.


D.   Manajemen Perubahan Kurs

1.      Manajemen Eksposur Transaksi

a)      Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir Amerika Serikat. Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3 bulan mendatang. Keadaan ini sangat rentan terhadap perubahan kurs, apabila rupiah melemah maka ia akan menderita kerugian. Oleh karena itu dilakukan hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang, sehingga disebut short $. Apabila rupiah melemah, maka pemegang Short $ akan mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir bisa membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan jika kurs rupiah melemah, maka pemegang posisi long $ akan memeperoleh keuntungan dan ia akan rugi di posisi spot-nya.
Alternatif dari forward adalah futures, berarti importir itu akan membeli kontrak futures dengan posisi long futures $.  Alternatif lain adalah dengan menggunakan opsi call, karena apabila harga pasar aset meningkat maka pemegang opsi memperoleh keuntungan.
b)     Money-market hedge
Hedging dengan money-market instrument dapat dilakukan apabila instrument derivatif  tidak ada. Contoh : seorang eksportir Indonesia akan memperoleh $1 juta pada 3 bulan mendatang. Keadaan ini tentu tidak terlepas dari resiko perubahan kurs, sehingga untuk menghilangkan resiko tersebut dapat dilakukan hedging sebagai berikut :
·         Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5 %
·         T=0 (sekarang) à pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.
Dikonversikan ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar Rp. 9,52 M
·         T=3 (3 bulan)   à memperoleh $1 juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar sebesar $ 952.381 x (1,05) = $ 1 juta.

Ketika ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia sudah terbebas dari resiko perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs Rp/$ 3 bulan mendatang, tidak akan berpengaruh terhadap posisinya karena ia sudah menerima Rp. 9,52 M.

c)      Risk shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari produsen ke konsumen atau dari konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar menawar perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan konsumen (misal satu-satunya penjual atau semua penjual juga mengimpor produk dari luar negri), berarti resiko telah digeser dari produsen ke konsumen. Sebaliknya apabila posisi konsumen lebih kuat dibanding produsen maka resiko dapat dialihkan dari konsumen ke produsen.

d)     Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang meminjam Dolar sekaligus menjual produk ke luar negri (ekspor), maka orang tersebut mempunyai dolar (long dolar) dan di sisi lain membutuhkan dolar (short dolar). Gabungan antara kedua keadaan tersebut akan menhasilkan eksposur bersih nol (atau kecil)

2.      Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan multinasional mengkonversikan laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Proses konversi tersebut akan menimbulkan kerugian ataupun keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa dilakukan dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di masa mendatang.
Apabila kurs melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban ditambah. Sebaliknya apabila kurs menguat maka aset ditambah dan kewajiban dikurangi. Namun cara seperti ini tidak sepenuhnya dapat menghilangkan resiko karena kita harus menebak kemana arah pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan menderita kerugian.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian akibat perubahan kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat mempunya anak perusahaan di Indonesia dan memiliki situasi seperti berikut ini :


Dalam Rp.
Awal tahun ($)
Kurs = Rp. 5000/$
Akhir tahun ($)
Kurs = Rp.10.000/$
Kas
1.000.000
200
100
Piutang Dagang
2.000.000
400
200
Persediaan
2.000.000
400
200
Aktiva tetap
5.000.000
1.000
500
Total Aset
10.000.000
2.000
1.000
Hutang dagang
2.000.000
400
200
Hutang jangka panjang
2.000.000
400
200
Modal saham
6.000.000
1.200
600
Total pasiva
10.000.000
2.000
1.000

Jika kurs rupiah melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan menjual rupiah forward. Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar forward 1 tahun dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual rupiah forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs Rp. 5000/$. Tahun depan nilai modal saham dalam dolar adalah $1.200, karena perusahaan bisa menjual rupiah dengan kurs Rp. 5000/$ meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp. 10.000/$.

3.      Manajemen Eksposur Operasi

Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat dilakukan dengan cara :
a)      Jangka Pendek
Yaitu dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.
b)      Jangka Panjang
Yaitu dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs. Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti berikut ini :
ü  Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas konsumen terhadap kurs menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan difrensiasi terhadap produknya agar menarik konsumen untuk membeli.
ü  Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk perusahaan ke berbagai negara di dunia
ü  Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan memindahkan fasilitas produksinya
ü  Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual produknya ke Amerika Serikat dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam dalam $, sehingga eksposur bersihnya adalah 0